Maka berbahagialah yang ditakdirkan Tuhan untuk hidup di
dunia sebagai seorang wanita. Karena Tuhan telah memberikan kita kepercayaan
untuk menjadi maskot kecantikan, keindahan, dan kelembutan.
Tuhan sendiri bilang, kalau manusia di bumi ini adalah sama
kecuali dalam hal ketaqwaannya. Nggak terkecuali wanita.
Jadi nggak ada tuh yang namanya indikator kecantikan yang
selama ini dianut manusia khususnya di Indonesia.
Yang katanya kalo punya hidung mancung baru bisa dibilang
cantik, badan tinggi langsing baru bisa dibilang cantik, rambut lurus baru bisa
dibilang cantik, bibir tipis baru bisa dibilang cantik, kulit putih baru bisa
dibilang cantik.
Indikator yang kedengaran maha sempurna itu diciptakan oleh
manusia yang sebenernya sama sekali nggak sempurna!
Saya sendiri menganut prinsip “every human is a limited
edition person”. Saya menganggap setiap perbedaan pada manusia itu cantik dan
indah. Coba bayangkan kalo kamu pake baju baru yang bagus sekali ke kampus,
tapi ternyata di kampus, bukan kamu sendiri yang memakai baju seperti itu. Ada
10 orang teman kamu yang ternyata semuanya mengenakan baju persis sama seperti
kamu. Bagaimana?
Kalau saya sih malu. “Ternyata
baju yang saya sukai pasaran banget :(”
Ya seperti itulah kira-kira.
Ohya, kebetulan saya wanita dengan keadaan fisik yang jauh
menyimpang dari indikator-indikator buatan manusa seperti diatas
1. Kulit saya cokelat
2. Bibir saya nggak tipis (baca : agak tebel tapi seksi) :p
3. Hidung saya gak mancung
4. Mata saya sipit
5. Alis mata dan bulu mata saya gersang
Yang paling mending dari fisik saya adalah badan saya yang
agak tinggi, dan Alhamdulillah fleksibel sekali, gampang digendutin, dan
gampang dikurusin. Hehehe
Saya dengan fisik saya yang istimewa ini beberapa kali pernah
menjadi korban indikator-indikator buatan manusia itu.
Tempo hari saya sedang bergurau dengan seorang konco
laki-laki (biar gaul pake kata ‘konco’ :p)
A : Aduh pengen yang manis
manis euy!
Saya : Adanya AQU*, minum aja deh! tapi minumnya
harus liat aku pasti manis banget rasanya!
A : Nggak ah pait!
Saya : nah kenapa?
A : kamu kan kopi
Saya : kok kopi?
A : iya tuh liat kulitnya
item kayak kopi. (seraya membandingkan kulit telapak tangan saya dengan telapak
tangannya yang warnanya sedikit lebih cerah)
Saya tau maksud dia cuma sebatas bercanda, Tapi jujur ketika
itu saya kaget, saya kira laki-laki nggak akan membicarakan hal seperti itu di
depan wanita. Tersinggung? sedikit! Hehe. Siapa sih yang nggak tersinggung
ketika fisiknya dicela, walaupun rasa tersinggung itu hanya selintas dan nggak
terlalu berpengaruh. Saya sih cuma bisa tertawa mendengarnya.
Kasus kedua, sebenarnya terjadi waktu saya masih duduk di
bangku kelas 2 SMP, waktu itu ada teman perempuan saya (sebut saja Bunga) yang
membandingkan warna telapak tangan saya dengan telapak tangan dia dan dia
dengan lantangnya bilang sampai se-isi kelas melihat ke arah saya dan menelusur
tubuh saya dari ujung rambut sampai ujung kaki “Ih! Shindy kok item banget sih!”
Sungguh 5 kata yang membuat prinsip “I am brand ambassador
for my self” saya runtuh berat.
Saya pun punya seorang teman yang badannya ‘subur’. Tapi
dengan jujur saya ingin sekali bicara padanya bahwa dia adalah wanita gemuk
yang tercantik yang pernah saya temui. Hatinya sangat mulia, dan hidupnya penuh
dedikasi. Tapi berkat seseorang yang sebenarnya jauh tidak lebih ‘cantik’
darinya telah sukses memakinya dengan sebutan ‘bola lemak’, teman saya
pun akhirnya menyerah dan memutuskan untuk menjalani diet ketat sampai
merasakan yang namanya pingsan gara-gara kurang asupan nutrisi.
Ah, Bukan apa-apa,
Sedih saja rasanya ketika sejak dini pola pikir manusia
khususnya Indonesia telah dikotak-kotakkan secara kaku oleh media.
Ya! Benar! ORANG-ORANG YANG MENGANUT INDIKATOR KECANTIKAN ITU
ADALAH BUDAK BUDAK MEDIA.
Betapa tidak, Sejak bayi kita sudah disuguhi TV yang di
dalamnya memuat iklan-iklan obat pemutih kulit dan pelangsing tubuh, seraya
menunjukkan pada kita bahwa kecantikan Cuma milik orang orang yang bertubuh
ramping dan berkulit putih.
Majalah-majalah menampilkan model-model dengan rambut lurus
dan panjang seraya kecantikan bukanlah milik wanita-wanita yang dilahirkan
dengan rambut kribo.
Makin banyak orang yang melakukan operasi plastik dan ‘suntik
sana-sini’ yang sebenarnya sangat membahayakan nyawanya. Semuanya hanya demi
‘kecantikan’ yang sebenarnya malah hanya sebuah bentuk kesalahpahaman arti
‘cantik’ dari manusia itu sendiri. Oh please! What the hell do that for?
‘Cantik’ seperti itu hanyalah asumsi! Padahal tidak semua
asumsi itu benar!
Untuk apa sih membuang uang mahal-mahal untuk obat pemutih
dengan efek singkat yang nyatanya berbahaya bagi kesehatan kita? Untuk apa sih
bela-belain suntik botox di hidung,pantat,atau dada biar terlihat montok kalau
sebenarnya yang kayak begitu malah membahayakan nyawa??
Saya heran, kenapa kita para wanita harus putih dulu, harus
langsing dulu, harus montok dulu biar dibilang cantik???
Nggak cukupkah kecantikan yang Tuhan berikan kepada kita?
Tuhan menciptakan kita dengan sesempurna mungkin, tapi tetap
saja nggak ada puasnya.
Demand factors dari para cowok? Ah.
Cowo-cowo yang memintamu melakukan hal-hal di atas cuma butuh
fisik kamu untuk dipamerkan di depan teman-temannya, berharap teman-temannya
menganggapnya hebat karena bisa menaklukan wanita yang menurutnya ‘cantik’ itu
(rasanya kayak pajangan nggak sih??), Atau bahkan lebih buruk, mereka memintamu
karena syahwat! (Astagfirullah, pait pait pait! *ketuk ketuk meja*) :|
Cowo yang benar-benar mencintai kita apa adanya suatu hari
PASTI akan datang. Tanpa harus bleaching kulit terlebih dulu, tanpa harus
suntik botox atau sedot lemak dulu, tanpa harus menyuruh kamu jatuh miskin
karena biaya operasi plastik sangat mahal.
Just be your self. Jadilah diri kamu sendiri. Biarkan
seseorang yang mencintai kamu sebagai diri kamu sendiri itu datang di saat dan
waktu yang tepat.
Jadi, kalau saya boleh nimpalin orang-orang yang mencibir
fisik saya, saya mau bilang “Alhamdulillah yah" (ala Syahrini), kulit
saya cokelat sehat, nggak perlu lagi sun bathing ala artis-artis Hollywood biar
dapet kulit eksotis. Tuhan begitu sayangnya sama saya, buktinya ketika orang
lain bela-belain panas-panasan seharian demi mendapatkan kulit yang eksotis, Tuhan malah sudah memberikan saya hal itu secara takdir
ketika dilahirkan oleh ibunda saya tercinta.”
Terimakasih Tuhan, untuk kelengkapan fisik dan kesehatan yang
Engkau anugerahkan..
Hello human race! I AM BROWN-SKINNED GIRL, SO WHAT????? :))






















0 komentar:
Posting Komentar