Beberapa bulan yang lalu saya
diajak teman saya, Ebi, untuk makan di salah satu warung makan. Dari
bangunannya bisa ditebak, warung itu baru selesai dibangun. Dindingnya terbuat
dari papan dan anyaman bambu dengan atap berbahan seng, tanpa jendela. Waktu
itu Ebi yang memang tahu saya sangat suka lotek, mengajak saya mencicipi lotek
di warung makan itu karena di Jatinangor penjual lotek memang sangat jarang.
Kalaupun ada, hanya di satu-dua tempat saja dan rasanya tidak begitu enak
menurut kami.
Tidak disangka, hari itu membawa saya kepada sebuah kisah penuh makna, yang memberikan saya pelajaran berharga.